Lumajang itulah nama dari sebuah Kabupaten di provinsi jawa timur
yang merupakan tempat kelahiran saya. Kota ini berbatasan langsung dengan
Kabupaten Probolinggo di utara, Kabupaten Jember di timur, Samudra Hindia di
selatan, serta Kabupaten Malang di barat. Di sanalah aku di besarkan dan
dikenalkan kepada dunia yang penuh dengan kejutan ini. Di sana aku bertemu
dengan teman-teman yang luar biasa dan mereka pasti akan aku ingat slamanya. Nama
Lumajang sendiri berasal dari “Lamajang” dan sekarang sudah berumur 756 tahun
(tua banget ya). Di benak saya adalah "usia yang sangat
tua, pasti banyak tinggalan Arkeologinya". Tetapi pada kenyataanya
peninggalan itu banyak yang disia-siakan dan dibiarkan terkubur bahkan
dihancurkan, atau hilang "raib" entah kemana ?. Bahkan ada yang
menjadi koleksi pribadi perorangan tanpa tahu nilainya dan perawatannya
akhirnya hancur atau mengalami kerusakan yang sangat parah. Sebagai
warga asli Lumajang saya pribadi merasa kecewa dengan orang-orang yang secara
sengaja mengambil peninggalan-peninggalan tersebut demi keuntungan pribadi,
karena benda-benda tersebut adalah identitas akan kota tercinta ini. Lumajang
sendiri dikelilingi tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru, Gunung Bromo dan
Gunung Lamongan.
Dari ketiga Gunung berapi yang masih aktif tersebut, Gunung Semeru mendapat prioritas pemantauan lebih dibandingkan yang lainnya karena sering terjadinya aktivitas gunung berapi yang membahayakan masyarakat sekitarnya. Alam Lumajang tidak kalah dengan daerah lain bahkan pernah masuk di ON THE SPOT lho hahahaha. Disana terdapat beberapa danau (ranu) yang masih asli alamnya belum terlalu dijamah oleh tangan manusia yang tidak bertanggungjawab. Danau (ranu) tersebut diantaranya Ranu Pakis, Ranu Klakah dan Ranu Bedali di kecamatan Klakah serta Ranu Pane (mirip dengan nama seorang sahabat ku di Bandung yang merupakan asli SUMUT, kebetulan sekali ya......) dan Ranu Gumbolo yang merupakan pintu masuk jika kita akan pergi ke puncak G. Semeru ( Puncak Mahameru ) di kecamatan Senduro. Sungai-sungai besar dengan daerah aliran di lumajang dan sekitarnya antara lain Sungai Besuk Sat, Sungai Bondoyudo, Sungai Kaliasem, Sungai Kalimujur, Sungai Kali Pancing dan Sungai Rejali yang hampir kesemuanya bermuara di Pantai Selatan. Di Lumajang juga terdapat beberapa tempat wisata yang tidak kalah menariknya dari daerah lain seperti piket nol, hutan bambu dan juga pantai bambang dan pemandian selokambang yang terletak di kec. Sumbersuko dan masih banyak tempat wisata lainnya. Pada bagian akhir akan saya tunjukkan beberapa wisata tersebut ( itung-itung promosi biar dikenal dunia kotaku yang tercinta ini hehehe........).
Dari ketiga Gunung berapi yang masih aktif tersebut, Gunung Semeru mendapat prioritas pemantauan lebih dibandingkan yang lainnya karena sering terjadinya aktivitas gunung berapi yang membahayakan masyarakat sekitarnya. Alam Lumajang tidak kalah dengan daerah lain bahkan pernah masuk di ON THE SPOT lho hahahaha. Disana terdapat beberapa danau (ranu) yang masih asli alamnya belum terlalu dijamah oleh tangan manusia yang tidak bertanggungjawab. Danau (ranu) tersebut diantaranya Ranu Pakis, Ranu Klakah dan Ranu Bedali di kecamatan Klakah serta Ranu Pane (mirip dengan nama seorang sahabat ku di Bandung yang merupakan asli SUMUT, kebetulan sekali ya......) dan Ranu Gumbolo yang merupakan pintu masuk jika kita akan pergi ke puncak G. Semeru ( Puncak Mahameru ) di kecamatan Senduro. Sungai-sungai besar dengan daerah aliran di lumajang dan sekitarnya antara lain Sungai Besuk Sat, Sungai Bondoyudo, Sungai Kaliasem, Sungai Kalimujur, Sungai Kali Pancing dan Sungai Rejali yang hampir kesemuanya bermuara di Pantai Selatan. Di Lumajang juga terdapat beberapa tempat wisata yang tidak kalah menariknya dari daerah lain seperti piket nol, hutan bambu dan juga pantai bambang dan pemandian selokambang yang terletak di kec. Sumbersuko dan masih banyak tempat wisata lainnya. Pada bagian akhir akan saya tunjukkan beberapa wisata tersebut ( itung-itung promosi biar dikenal dunia kotaku yang tercinta ini hehehe........).
Di kabupaten Lumajang terdapat jalan raya dan jalur kereta api lintas
Surabaya-Jember-Banyuwangi, namun jalur tersebut tidak melintas ibukota kabupaten
Lumajang. Sebenarnya jalur kereta api ada yang melewati Lumajang sampai ke
Pasirian dan dari Lumajang juga bercabang ke arah timur ke Rambipuji melewati
Kencong, namun jalur peninggalan kolonial Belanda ini sudah tidak aktif lagi
semenjak awal tahun 1970. Selain transportasi umum seperti kereta api,
Masyarakat Lumajang mengenal transportasi rakyat yakni dokar (kereta kuda)
untuk pengangkutan orang dan pegon (kereta sapi). Keberadaanya perlahan tegeser
dan tergantikan dengan mesing-mesin transportasi modern dan sekarang ini
digunakan secara terbatas pada lokasi dan momen tertentu.
Penduduk kabupaten Lumajang umumnya adalah Suku Jawa dan Suku Madura ( dan
saya merupakan hasil dari pernikahan dari kedua suku tersebut.......), dan
agama mayoritas adalah Islam. Di pegunungan Tengger Kecamatan Senduro (terutama
di daerah Ranupane, Argosari, dan sekitarnya), terdapat masyarakat Tengger yang
memiliki bahasa khas dan beragama Hindu. Di Senduro terdapat semacam bangunan
yang menyerupai pura, yang kadang-kadang di buat tempat persembahan apabila ada
hari besar umat Hindu. Apabila hari biasa biasanya pura tersebut dijadikan
sebagai tempat pariwisata.
Terdapat sejumlah sarana pendidikan dari tigkat TK hingga Perguruan Tinggi
di Kabupaten Lumajang, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta. Beberapa
Perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Lumajang
antara lain:
1.
Universitas
Lumajang (UNILU) namun biasanya disebut UNiversitas unIk dan LUcu, hahaha,
namun tetap kebanggan Lumajang pastinya......
2.
Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Gama
3.
Sekolah
Tiggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
4.
Sekolah
Tinggi Ilmu Hukum (STIH)
5.
Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiyah Syarifudin (STITS)
6.
Universitas
Muhammadiyah Lumajang
7.
Akademi
Keperawatan Lumajang (AKPER Lumajang)
Dan beberapa
Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas yang terletak di Kabupaten
Lumajang antara lain:
1.
SMA
Katolik Mgr. Soegijapranata
2.
SMP
Katolik Bhara Widya
3.
SMP
Negeri 1 Lumajang (smp ku yang tercinta)
4.
SMP
Negeri 1 Sukodono, Lumajang
5.
SMP
Negeri 1 Tempeh
6.
SMP
Negeri 2 Lumajang
7.
SMP
Negeri 3 Lumajang
8.
SMP
Negeri 4 Lumajang
9.
SMP
Negeri 5 Lumajang
10. SMA Negeri 1 Lumajang
11. SMA Negeri 2 Lumajang ( yang merupakan sma terbaik di
lumajang dan juga almamater saya juga)
12. SMA Negeri 3 Lumajang
13. SMA Negeri Jatiroto
14. SMP Negeri 1 Jatiroto
15. SMP Negeri 2 Jatiroto
16. SMP Muhammadyah 2 Jatiroto
17. SMA Negeri Yosowilangun
Dari
sekolah-sekolah diatas telah banyak menghasilkan putra-putri daerah yang
berhasil membawa nama baik Lumajang bahkan Indonesia dengan prestasi-prestasi
yang ditorehkan di tingkat nasional dan international.
Kabupaten Lumajang
memiliki beberapa sarana olahraga baik indoor maupun outdoor, dan beberapa
serikat olahraga, diataranya :
Fasilitas Olahraga
:
1. Stadion
Semeru yang merupakan tempat ku dulu bermain sepak bola di sore hari bersama
tetangga-tetangga ku karena dekat dengan rumah saya.
2.
GOR
Wirabakti
3.
Lapangan
Tennis Alun-Alun Selatan
Serikat Olahraga :
1.
PSIL
Lumajang (sepak bola)
2.
Lumajang
Jeep Club
3.
Gita
Wira Bhakti (GWB) korp Drumband Pemda Kab. Lumajang
4.
Mahameru
Jeep Club Cabang Lumajang
Diatas telah saya
sebutkan akan menjelaskan beberapa objek wisata dengan panorama alam yang
memukau dan alami yang bisa didapatkan di Lumajang. Selain panorama alam
kabupaten Lumajang juga memiliki kesenian dan budaya yang khas. Berikut objek
wisata yang ada di Lumajang :
1.
Ranu
Klakah
Obyek
wisata danau ini terletak di sebelah Utara kota Lumajang tepatnya di Desa
Tegalrandu Kecamatan Klakah dengan jarak tempuh 20 Km dari kota Lumajang.
Transportasi, mudah dicapai dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum baik
roda dua maupun roda empat disamping ada dokar sebagai sarana angkutan
tradisional masyarakat setempat. Obyek ini berada pada ketinggian 900 meter dpl, dengan luas 22
hektar dan kedalaman 28 m yang dilatar belakangi gunung Lamongan dengan
ketinggian 1.668 m dpl, serta didukung
oleh udara yang sejuk dan segar. Obyek
ini berada pada ketinggian 900 meter dpl, dengan luas 22
hektar dan kedalaman 28 m yang dilatar belakangi gunung Lamongan dengan
ketinggian 1.668 m dpl, serta didukung
oleh udara yang sejuk dan segar. Beraneka ragamnya buah-buahan nangka khas
Klakah yang dijual sepanjang jalan raya menjadi daya tarik lain bagi obyek
wisata ini.Panorama yang khas berupa fatamorgana kebiruan air obyek wisata ini
merupakan alternatif pilihan tujuan wisata di Jawa Timur bila mengunjungi Bali
melewati Kabupaten Jember. Danau ini merupakan salah satu obyek wisata dari
Kawasan Wisata Setiga Ranu ( danau ) sedangkan lainnya adalah Ranu Pakis dan
Ranu Bedali, yang satu sama lain terhubung oleh jalan yang dapat dilalui
kendaraan roda dua maupun roda empat. Disamping menikmati panoramanya,
aktivitas yang dapat dilakukan sendiri ataupun bersama keluarga antara lain,
joging mengelilingi area danau dengan fasilitas jalan beraspal, berperahu,
menikmati sarana permainan anak, berolahraga tennis dan memancing. di Ranu
Klakah tersedia sarana Hotel untuk menginap dengan jumlah kamar 6 buah.
2.
Ranu
Pakis
Sekitar
10 menit dengan berkendaraan roda dua ataupun roda empat sampailah kita ke Ranu
Pakis, bila kunjungan wisata kita diawali dari Ranu Klakah. Obyek wisata danau
ini terletak di Desa Ranu Pakis dengan jarak 20,5 Km disebelah Utara kota
Lumajang ,mempunyai ketinggian 600 Meter, dari permukaan laut
dengan luas danau 50 Ha dan kedalaman 26 m. Masih dilatar belakangi Gunung Lamongan
dan nampak lebih dekat, serta kondisi alam yang masih perawan akan menjadi daya
tarik bagi pecinta lingkungan atau wisatawan yang membutuhkan udara segar.
Selain rekreasi dapat pula menikmati ikan
segar yang dijual di warung-warung sederhana dan dapat pula dibawa untuk
oleh-oleh. Ikan ini hasil budi daya pada perairan Ranu Pakis dengan sistim
keramba jaring apung, jenisnya Mujaher, Nila.
3.
Ranu Bedali
Sebagai
rangkaian kawasan Segitiga Ranu, dengan jarak 7 Km dari Ranu Pakis atau 6 Km
dari Ranu Klakah kita sampai pada Ranu Bedali Kecamatan Ranuyoso. Obyek wisata
ini mempunyai ketinggian 700 M dari permukaan laut
dengan luas danau 25 Ha dan kedalaman 28 m.Berbeda dari dua ranu sebelumnya, yang
menarik dari ranu ini adalah letak permukaan air berada jauh di bawah permukaan
tanah. Sehingga untuk mencapai daratan tepi danau dibutuhkan kesehatan prima
yang merupakan tantangan bagi mereka yang berjiwa muda. Meskipun demikian
panorama danau ini dilihat dari atas cukup mengasyikkan.
4.
Watu Godeg
Kecamatan
Tempursari sebagai wilayah Kabupaten Lumajang di ujung selatan mempunyai obyek
wisata Pantai Watu Godeg yang terletak di Desa Bulurejo dengan jarak 8 Km dari Kecamatan Tempursari
kearah Selatan atau sekitar 80 km dari Kota Lumajang. Dengan
adanya jalan tembus Pasirian-Tempursari jaraknya dapat diperpendek menjadi 12 Km dari Kecamatan Pasirian. Panorama
dipantai ini sangat indah, pemandangan laut lepas dengan latar belakang bukit
serta ditunjang dengan batu besar dipantai bila terkena ombak seperti bergoyang,
Godek (geleng kepala).
5.
Gunung Semeru
Gunung Semeru atau Sumeru adalah gunung
berapi tertinggi di Pulau Jawa,
dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Kawah di
puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp
Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan
gunung. Posisi gunung
ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang,
dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT. Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah
Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 M hingga akhir
November 1973. Disebelah selatan,
kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan
meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang. Diperlukan waktu sekitar empat hari
untuk mendaki puncak gunung Semeru pulang-pergi. Untuk mendaki gunung semeru
dapat ditempuh lewatkota Malang atau Lumajang.
Dari terminal kota malang kita naik angkutan umum menuju desa Tumpang.
Disambung lagi dengan Jip atau Truk Sayuran yang banyak terdapat di belakang
pasar terminal Tumpang dengan biaya per orang Rp.20.000,- hingga Pos Ranu Pani. Sebelumnya
kita mampir di Gubugklakah untuk memperoleh surat izin, dengan perincian, biaya
surat izin Rp.6.000,- untuk maksimal 10 orang, Karcis masuk taman Rp.2.000,-
per orang, Asuransi per orang Rp.2.000,- dengan menggunakan Truk sayuran atau Jip perjalanan dimulai
dari Tumpang menuju Ranu Pani, desa terakhir di kaki semeru. Di sini terdapat
Pos pemeriksaan, terdapat juga warung dan pondok penginapan. Bagi pendaki yang
membawa tenda dikenakan biaya Rp 20.000,-/tenda dan apabila membawa kamera juga
dikenakan biaya Rp 5.000,-/buah. Di pos ini pun kita dapat mencari porter
(warga lokal untuk membantu menunjukkan arah pendakian, mengangkat barang dan
memasak). Pendaki juga dapat bermalam di Pos penjagaan. Di Pos Ranu Pani juga
terdapat dua buah danau yakni Ranu Pani (1
ha) dan Ranu Regulo (0,75
ha). Terletak pada ketinggian 2.200 mdpl. Setelah sampai di gapura "selamat
datang", perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan
yang lebar ke arah kebun penduduk. Selain jalur yang biasa dilewati para
pendaki, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini
sangat curam. Jalur awal landai, menyusuri lereng
bukit yang didominasi dengan tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk
arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m. Banyak
terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala. Setelah berjalan sekitar 5 km
menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi bunga edelweis,
lalu akan sampai di Watu Rejeng. Di sini terdapat batu terjal yang sangat
indah. Pemandangan sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi
hutan cemara dan pinus. Kadang kala dapat
menyaksikan kepulan asap dari puncak semeru. Untuk menuju Ranu Kumbolo masih
harus menempuh jarak sekitar 4,5 Km. Di Ranu Kumbolo dapat didirikan tenda. Juga terdapat pondok
pendaki (shelter). Terdapat danau dengan air yang bersih dan memiliki
pemandangan indah terutama di pagi hari dapat menyaksikan matahari terbit
disela-sela bukit. Banyak terdapat ikan, kadang burung belibis liar.
Ranu Kumbolo berada pada ketinggian 2.400 m dengan luas 14 ha. Dari Ranu Kumbolo sebaiknya
menyiapkan air sebanyak mungkin. Meninggalkan Ranu Kumbolo kemudian mendaki
bukit terjal, dengan pemandangan yang sangat indah di belakang ke arah danau.
Di depan bukit terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan oro-oro ombo.
Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah,
padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa.
Dari balik Gn. Kepolo tampak puncak Gn. Semeru menyemburkan asap wedus gembel. Selanjutnya memasuki hutan cemara di
mana kadang dijumpai burung dan kijang. Daerah
ini dinamakan Cemoro Kandang. Pos
Kalimati berada pada ketinggian 2.700 m, disini dapat mendirikan tenda untuk
beristirahat. Pos ini berupa padang rumput luas di tepi hutan cemara, sehingga
banyak tersedia ranting untuk membuat api unggun. Terdapat mata air Sumber Mani, ke arah barat (kanan)
menelusuri pinggiran hutan Kalimati dengan menempuh jarak 1 jam pulang pergi.
Di Kalimati dan di Arcopodo banyak terdapat tikus gunung. Untuk menuju Arcopodo berbelok ke
kiri (Timur) berjalan sekitar 500 meter, kemudian berbelok ke kanan (Selatan)
sedikit menuruni padang rumput Kalimati. Arcopodo berjarak 1 jam dari Kalimati
melewati hutan cemara yang sangat curam, dengan tanah yang mudah longsor dan
berdebu. Dapat juga kita berkemah di Arcopodo, tetapi kondisi tanahnya kurang
stabil dan sering longsor. Sebaiknya menggunakan kacamata dan penutup hidung
karena banyak abu beterbangan. Arcopodo berada pada ketinggian 2.900m, Arcopodo
adalah wilayah vegetasi terakhir
di Gunung Semeru, selebihnya akan melewati bukit pasir. Dari Arcopodo menuju puncak Semeru
diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah
merosot. Sebagai panduan perjalanan, di jalur ini juga terdapat beberapa bendera
segitiga kecil berwarna merah. Semua barang bawaan sebaiknya tinggal di
Arcopodo atau di Kalimati. Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali
sekitar pukul 02.00 pagi dari Arcopodo. Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa
gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka. Pendakian sebaiknya dilakukan pada musim kemarau yaitu bulan
Juni, Juli, Agustus, dan September. Sebaiknya tidak mendaki pada musim hujan
karena sering terjadi badai dan tanah longsor. Di puncak Gunung Semeru
(Puncak Mahameru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko,
juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Gas beracun
ini dikenal dengan sebutan Wedhus
Gembel (Bahasa Jawa yang berarti "kambinggimbal",
yakni kambing yang berbulu seperti rambut gimbal) oleh penduduk setempat. Suhu
dipuncak Mahameru berkisar 4 - 10 derajat Celsius, pada
puncak musim kemarau minus 0 derajat Celsius, dan dijumpai
kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam
hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember - Januari sering ada badai. Terjadi letusan Wedus Gembel setiap
15-30 menit pada puncak gunung Semeru yang masih aktif. Pada bulan November 1997 Gunung
Semeru meletussebanyak
2990 kali. Siang hari arah angin menuju puncak, untuk itu hindari datang siang
hari di puncak, karena gas beracun dan letusan mengarah ke puncak. Letusan berupa asap putih, kelabu
sampai hitam dengan tinggi letusan 300-800 meter. Material yang keluar pada
setiap letusan berupa abu, pasir, kerikil, bahkan
batu-batu panas menyala yang sangat berbahaya apabila pendaki terlalu dekat.
Pada awal tahun 1994 lahar panas mengaliri lereng selatan
Gunung Semeru dan telah memakan beberapa korban jiwa, walaupun pemandangan
sungai panas yang berkelok- kelok menuju ke laut ini menjadi tontonan yang sangat
menarik. Soe
Hok Gie, salah seorang tokoh aktivis Indonesia dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia, meninggal di
Gunung Semeru pada tahun 1969 akibat
menghirup asap beracun di Gunung Semeru. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Secara umum iklim di wilayah gunung
Semeru termasuk type iklim B (Schmidt dan Ferguson)
dengan curah hujan 927 mm - 5.498 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 136
hari/tahun dan musim hujan jatuh pada bulan November - April. Suhu udara
dipuncak Semeru berkisar antara 0 - 4 derajat celsius. Suhu rata-rata berkisar antara 3°c
- 8°c pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15°c
- 21°c. Kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan salju kecil yang
terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Suhu
yang dingin disepanjang rute perjalanan ini bukan semata-mata disebabkan oleh
udara diam tetapi didukung oleh kencangnya angin yang berhembus ke daerah ini
menyebabkan udara semakin dingin. Gunung
ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3 Hektar.
Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera Gn.Tengger antara lain; Gn.Bromo
(2.392m) Gn. Batok (2.470m) Gn.Kursi (2,581m) Gn.Watangan (2.662m) Gn.Widodaren
(2.650m). Terdapat empat buah danau (ranu): Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu
Kumbolo dan Ranu Darungan. Flora yang berada di wilayah Gunung
Semeru beraneka ragam jenisnya tetapi banyak didominir oleh pohon cemara, akasia, pinus, dan
jenisJamuju.
Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominir oleh Kirinyuh, alang-alang, tembelekan, harendong dan Edelwiss putih, Edelwiss yang
banyak terdapat di lereng-lereng menuju puncak Semeru. Dan juga ditemukan
beberapa jenis anggrek endemik yang hidup di sekitar Semeru Selatan. Banyak fauna yang menghuni gunung
Semeru antara lain : macan
kumbang, budeng, luwak, kijang, kancil, dll.
Sedangkan di Ranu Kumbolo terdapat belibis yang masih hidup liar. Orang pertama yang
mendaki gunung ini adalah Clignet (1838) seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda dari
sebelah barat daya lewat Widodaren, selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli
botani berkebangsaan Belanda dari utara lewat gunung Ayek-ayek, gunung
Inder-inder dan gunung Kepolo. Tahun 1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara
dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui
Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini. Menurut kepercayaan
masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuna Tantu
Pagelaran yang berasal dari abad ke-15,
pada dahulu kala Pulau Jawa mengambang di lautan luas, terombang-ambing dan
senantiasa berguncang. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan
cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa. Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura
raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang
membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat
diangkut dengan aman. Dewa-Dewa
tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui,
yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung
pulau bagian timur terangkat ke atas. Kemudian mereka memindahkannya ke bagian
timur pulau Jawa. Ketika gunung Meru dibawa ke timur, serpihan gunung Meru yang
tercecer menciptakan jajaran pegunungan di pulau Jawa yang memanjang dari barat
ke timur. Akan tetapi ketika puncak Meru dipindahkan ke timur, pulau Jawa masih
tetap miring, sehingga para dewa memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung
itu dan menempatkannya di bagian barat laut. Penggalan ini membentuk Gunung
Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Pananggungan, dan bagian
utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan
nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau jawa dilihatnya banyak
pohon Jawawut, sehingga
pulau tersebut dinamakan Jawa. Lingkungan
geografis pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang
agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru
dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan sebagai sarana
penghubung di antara bumi (manusia) dan Kayangan. Banyak masyarakat Jawa dan
Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewata,Hyang, dan mahluk
halus. Menurut orang
Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan
dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung
Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan
setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa
Gunung Mahameru. Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah
Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci.
6.
Selokambang
Pemandian Alam Selokambang ( sumber air bukan PDAM)
terletak di Desa Purwosono Kecamatan Sumbersoko, jarak tempuh dari kota
Lumajang 7 Km kearah Barat 15 menit perjalanan dapat
ditempuh segala macam kendaraan. Merupakan obyek wisata andalan yang dipercaya
masyarakat, bahwa mandi di pemandian tersebut dapat menyembuhkan penyakit
reumatik. Aktivitas yang dapat dilakukan selain olah raga
renang, juga dapat menikmati sarana permainan anak, berperahu, sepeda air, olah
raga tennis. Berbagai macam kedai
yang menjanjikan makanan tradisional siap untuk menghilangkan rasa lapar dan
dahaga disamping itu ditunjang areal parkir yang cukup luas dan representative. Menurut legenda yang ada di masyarakat sekitar selokambang adalah tempat mandi ratu dari kerajaan majapahit dulunya saat berkunjung ke Lumajang.
7.
Goa Tetes
Goa Tetes merupakan wisata goa yang
didalamnya terdapat stalagtit dan stalagmit dengan warna yang beraneka ragam. Terletak
di desa Sidomulyo Kecamatan Pronojiwo jarak tempuh dari kota Lumajang 55 Km ke sebelah
Selatan, mudah dicapai dengan kendaraan roda dua / empat, satu jalur dengan
obyek wisata Piket Nol, selanjutnya perjalanan diteruskan dengan berjalan kaki
menuruni tangga sepanjang 3 Km untuk sampai ke
mulut goa, dengan medan yang cukup menantang. Banyak
dikunjungi oleh muda mudi dan dipercaya masyarakat dapat mempersatukan kembali
keretakan rumah tangga.
8. Kolam Renang
Obyek wisata / sarana rekreasi / sarana
olahraga yang terletak dijalan. veteran Lumajang ini mudah dijangkau dengan
angkutan umum maupun pribadi yang menyediakan sarana kolam dewasa dan kolam
anak-anak dengan harga tiket masuk yang cukup terjangkau. Fasilitas sebagai kolam renang prestasi
cukup mendukung terhadap obyek ini, juga tersedia rumah makan berikut areal
parkir kendaraan roda dua / empat
9.
Water Park
Kolam renang dewasa dan anak terbaru di
Lumajang yang terletak di Kawasan Wonorejo Terpadu (KWT) Desa Wonorejo
Kecamatan Kedungjajang, jarak tempuh dari kota Lumajang 7 Km kearah Utara 15 menit perjalanan
dapat ditempuh segala macam kendaraan. Merupakan obyek wisata air yang
dilengkapi dengan arus air, sarana luncuran dan sarana lain yang menarik bagi
yang gemar bermain diair. Obyek wisata baru ini selain menjanjikan kesehatan
dan kebersihan air serta keindahan lokasinya juga merupakan lokasi yang
srategis, terletak pada jalur Probolinggo Bali lewat Jember. Selain Kolam Renang aktivitas lain yang
dapat dinikmati oleh pengunjung adalah, menikmati sarana kereta gantung, komedi
putar serta fasilitas bom-bom car. Lokasi wisata ini berdekatan dengan Terminal
Menak Koncar Lumajang yang merupakan terminal angkutan umum antar kota,
tentunya menjanjikan kemudahan bagi pengunjung yang hendak kesana. Berbagai
macam kedai juga terdapat disana yang siap menjanjikan makanan tradisional siap
untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga disamping itu dapat mengunjungi pusat
oleh khas lumajang. ditunjang areal parkir yang cukup luas dan representative.
10.
Pantai Watu Pecak
Di desa Selok Awar-awar Kecamatan
Pasirian 18 Km dari kota
Lumajang kearah Selatan dengan jarak tempuh 35 menit dari
Kecamatan Pasirian, terdapat obyek wisata Pantai Watu Pecak yang berada sebelah
Timur Pantai Bambang. Seperti
Pantai Bambang, Pantai Watu Pecak merupakan obyek wisata Pantai Selatan dengan
ciri ombak besar dan dipergunakan sebagai tempat upacara Melasti / sesuci bumi
umat Hindu Dharma Bali.
11.
Alun-Alun Kota Lumajang
Alun Alun merupakan
Jantung Kota Lumajang, yang juga merupakan paru-paru kota, Luas 6, 025 Ht. dan
disekelilingnya terdapat Perkantoran Pemerintahan dan Masjid Agung Anas Mahfut.
Pagi hari dipakai olah raga, Malam hari Taman Mini sebagai Wisata Belanja dan
Wisata Kuliner.
12.
Pantai Bambang
Merupakan obyek wisata pantai dengan
ombak besar mencapai 3 sebagai ciri khas pemandangan pantai selatan. Terletak
di desa Bago Kecamatan Pasirian, 24 Km jarak dari kota Lumajang dapat ditempuh
dengan kendaraan roda 4 maupun roda 2 dengan akses jalan beraspal, dan diyakini
masyarakat sebagai tempat bersemayamnya Nyi Roro Kidul.
13.
Coban Pawon
Merupakan obyek wisata Alam,Terletak di
desa Kertowono Kecamatan Gucialit, jarak dari kota Lumajang sekitar 20 Km.
Keunikan air terjun ini adalah antrukannya berada didalam goa yang menyerupai pawon
(dapur tempat memasak), setiap percikan air terjun ini diyakini dapat membantu
penyembuhan penyakit.
14.
Ranu Lading
Merupakan salah satu obyek wisata danau
yang memang banyak terdapat di kab. Lumajang . Obyek ini terletak di
tengah-tengah kebun kopi peninggalan Belanda, di atas danau ini masih berdiri
rumah peninggalan Belanda/Loji yang masih terawat. Obyek ini terletak di desa
Papringan Kec. Klakah, sekitar 25 Km kearah utara kota Lumajang.
15.
Ranu Kumbolo
3 (tiga) Ranu/danau ini terletak di
lereng G. Semeru. Para pendaki yang akan ke puncak Semeru pasti melewati 3
danau ini. 2 Danau yaitu Ranu Pane dan Ranu Regulo terletak di desa Ranu Pane
lereng bawah dan merupakan awal pendakian, sedang Ranu Gumbolo terletak di
lereng atas setelah perjalanan 5 jam dari Ranu pane.
16.
Puncak B-29 Argosari
Puncak B-29 Argosari adalah puncak
tertinggi dikawasan lautan pasir Bromo dengan ketinggian 2900 m dpl. Terletak
disisi tenggara Gunung Bromo, Pemandangan yang indah dan udara dingin ditambah
hamparan tanaman khas dataran tinggi berupa bawang pre, kubis, kentang dan
wortel sehingga menjadikan kawasan obyek ini sangat menawan. Terletak di desa
Argosari, kec. Senduro sekitar 40 Km dari kota Lumajang.
17.
Kebun Teh Kertowono
Agro wisata Perkebunan Teh Kertowono
yang terletak di Desa Gucialit Kecamatan Gucialit sekitar 20 Km dari Kota
Lumajang. hamparan kebun Teh yang sangat luas, Pabrik Teh peninggalan Belanda
yang masih beroperasi dengan baik menambah keindahan obyek wisata ini.
18.
Agro Wisata Bunga
Agro wisata Bunga, yang berada di Desa
Wotgalih, Krai dan Karanganyar Kecamatan Yosowilangun sekitar 25 Km dari Kota
Lumajang merupakan daerah dimana hampir seluruh penduduk memiliki usaha
budidaya bunga. Jika kita berkunjung ke obyek ini dapt ditemukan lingkungan
yang asri dan menyegarkan., dari ketiga Desa inilah bibit bunga dipasarkan kekota
kota besar lainya, seperti Jakarta , Bogor, Bandung, Jogja, Malang dll. Bagi
penghobi koleksi bunga di daerah ini dapat dijumpai berbagai macam bibit bunga
dan Bunga yang sudah jadi.
19.
Hutan Bambu
Wisata hutan bambu memiliki area sekitar
14 Ha. Obyek wisata ini sangat cocok untuk wisata keluarga dan pecinta
lingkungan. Disamping itu dapat juga dijadikan untuk wisata pendidikan, karena
disamping hamparan pohon bambu yang luas dapat juga ditemukan banyak sekali
kera dan kalong (Pteropus vampirus) yang berada disini.Obyek ini terletak di
desa Sumber Mujur Kec. Candipuro, sekitar 30 Km dari Kota Lumajang.
20.
Pura Mandalagiri Semeru Agung
Pura ini merupakan pura yang paling
dituakan oleh masyarakat Hindu. Hampir tiap hari ada masyarakat Bali yang
berdoa di pura ini. Apalagi di hari-hari libur, berbondong-bondong masyarakat
Bali berkunjung kesini. Puncaknya saat piodalan (ulang tahun Pura) sekitar
bulan Juli, ribuan Masyarakat Bali membanjiri ke kawasan ini untuk berdoa dan
menampilkan kesenian-kesenian Bali. Pura ini dipercaya sebagai
Pura tertua di Nusantara juga pernah masuk di Seputar Indonesia PAGI di RCTI
lho........
21. Stadion Semeru
Merupakan Stadion
milik Pemerintah Kabupaten Lumajang yang berlokasi di Jl. Gajahmada. Dan juga
sebagai markas PSIL (Persatuan Sepak Bola Indonesia Lumajang). Di situ juga
terdapat lapangan tennis, basket, futsal, dan voli. Lokasi dari stadion ini
juga sangat dekat dengan rumah saya jadi dulu saya sering main kesana untuk
bermain sepak bola dengan teman di waktu sore hari.
Dengan wacana
diatas menurut saya kota kecil ini sangat cocok untuk menjadi tempat hunian di saat masa tua kita. dan tempat-tempat wisata diatas perlu untuk dikunjungi!!!!!!!.........
Lumajang.. keindahan yg belum terekspose
BalasHapus